Saus Menjadi Dalang Suksesnya Brand KFC, Pizza Hut, Taco Bell, Dll
Sebagai Chief New Concept Officer di Yum! Brands, Christophe Poirier memimpin pembaruan masa depan merek ikonik seperti KFC, Pizza Hut, Taco Bell, dan The Habit Burger Grill. Dengan pengalaman hampir dua dekade dalam kepemimpinan, ia dikenal berani membalikkan konvensi—secara harfiah menjadikan chicken tender sebagai lauk pendamping dan saus sebagai bintang utama.
Filosofi inovasinya berpusat pada tiga pilar: kebenaran, kepercayaan, dan hasrat, dengan kerangka kerja PINK (Personalized, Intuitive, Next, Kinetic) yang memastikan gerak terus-menerus dalam industri F&B, di mana berhenti sama dengan tertinggal.
1️⃣ Apa arti inovasi bagi Anda?
Inovasi adalah memenuhi kebutuhan pelanggan yang belum terpenuhi, bukan sekadar memberikan apa yang mereka harapkan. Jika hanya memberikan apa yang diharapkan, tidak ada kejutan.
Inovasi di industri makanan mengikuti prinsip MAYA (Most Advanced Yet Acceptable): menjadi canggih tanpa melampaui batas kenyamanan konsumen. Tidak seperti teknologi yang menuntut disrupsi, inovasi makanan harus tetap menghargai konvensi sambil mendorong batas, agar tetap mengejutkan namun tetap dapat diterima.
2️⃣ Bagaimana tim Anda menghasilkan ide-ide baru?
Saya memimpin dari belakang, bukan dari depan. Jika memimpin dari depan, orang hanya akan mengeksekusi perintah Anda. Dengan memimpin dari belakang, Anda memberi ruang bagi tim untuk mengejutkan Anda dengan ide-ide terbaik.
Contohnya konsep Saucy: alih-alih sekadar membuat menu chicken tender baru, kami membalikkan peran—tender menjadi pendamping, saus menjadi pusat pengalaman. Kata “saucy” memiliki makna fungsional dan emosional, inilah cara ide terobosan muncul: membalikkan konvensi sambil tetap terhubung dengan apa yang konsumen inginkan.
3️⃣ Apakah Anda memiliki ritual untuk menjaga kreativitas tim?
Ritual saya sederhana: saya meminta tim membawa tiga hal:
✅ Apa yang sedang tren saat ini,
✅ Apa saja konvensi yang ada,
✅ Bagaimana kita bisa mendorong batas konvensi tersebut tanpa melampauinya.
Secara pribadi, saya me-reset diri dengan menjauh dari layar: berkebun, bersepeda, berenang, atau berlayar. Aktivitas ini memberi ruang refleksi dan koneksi kembali.
Ritual terpenting? Mengelilingi diri dengan orang-orang yang berkata jujur. Sindrom narsistik—jatuh cinta pada ide sendiri—adalah musuh terbesar inovasi. Kita membutuhkan suara jujur yang berkata, “Christophe, ide ini tidak akan berhasil.”
4️⃣ Bagaimana Anda memanfaatkan AI dalam proses inovasi?
AI menggantikan aktivitas yang repetitif dengan aksi nyata. Kami memiliki jutaan titik data (penjualan berdasarkan saluran, waktu, lokasi) yang dapat dianalisis AI secara instan.
Yang paling menarik, AI memaksa kita untuk menjadi pemikir yang lebih baik, bukan hanya eksekutor. Saya meminta tim menjadi “black belt” dalam menulis prompt karena kualitas prompt menentukan kualitas jawaban AI. AI akan menangani eksekusi, dan tim kami dapat fokus pada terobosan besar.
5️⃣ Bagaimana Anda mengidentifikasi tren?
Kami fokus pada kebutuhan, bukan hanya tren. Saya selalu melihat konvensi yang ada dan bertanya: sejauh mana kita bisa mendorong batasnya? Misalnya tren “dirty soda”—nama ini mengundang rasa ingin tahu namun tetap familiar.
Kuncinya: konsumen di industri makanan cenderung petualang dengan kehati-hatian. Mereka menginginkan kejutan dalam batas rasa aman. Kami mencari cara untuk membuat hal yang familiar menjadi mengejutkan dan menyenangkan, seperti saus ranch yang dipadukan dengan chimichurri.
6️⃣ Apa tantangan terbesar dalam berinovasi?
Musuh utama inovasi adalah FACE: Fear (Ketakutan), Attachment (Keterikatan), Control (Kontrol), dan Entitlement (Rasa Berhak). Ketika orang takut kehilangan kendali atau terlalu terikat pada hak mereka, inovasi akan mati.
Dalam industri makanan, tantangan terbesarnya adalah semua orang menawarkan hal serupa. Jika Anda hanya menawarkan tender dengan resep berbeda, itu hanya inovasi inkremental. Tantangan sebenarnya adalah menemukan sudut transformasional sambil tetap menghargai bahwa makanan bersifat personal dan kultural.
7️⃣ Apakah industri lain pernah memengaruhi inovasi di Yum! Brands?
Ya. Kami belajar dari bagaimana perusahaan teknologi menciptakan ekosistem, bukan hanya produk. Kami mempelajari bagaimana merek fashion membangun “attitude,” bukan hanya pakaian.
Dengan konsep Saucy, kami tidak hanya membuat saus, tetapi menciptakan “vibe” yang terinspirasi dari branding gaya hidup. Kami juga belajar dari media sosial, yang memungkinkan pengujian ide secara instan, mengajarkan kami untuk lebih produktif dan cepat merespons umpan balik konsumen.
8️⃣ Apa yang menciptakan budaya inovatif?
Kebenaran, kepercayaan, dan hasrat.
Anda membutuhkan orang yang berkata jujur, kepercayaan pada umpan balik mereka, dan hasrat yang membuat Anda tetap semangat berinovasi, bahkan saat diskusi ide terjadi pada Sabtu malam.
Hal penting lainnya: buang ego dan gelar. Jika satu-satunya yang bisa Anda tulis di LinkedIn hanyalah jabatan, itu masalah. Yang penting adalah apa yang sudah Anda bangun dan capai. Saat Anda berhenti terikat pada gelar dan rasa takut gagal, Anda akan mulai melakukan hal-hal luar biasa.
9️⃣ Bagaimana Yum! Brands akan terus menjadi pemimpin inovasi di masa depan?
Masa depan adalah tentang sprint, bukan maraton. Konsumen semakin tidak terprediksi, dunia semakin tidak pasti, dan ketangkasan adalah syarat bertahan.
Pandemi mengajarkan kita bahwa ketangkasan mendadak itu mungkin dan perlu. Kita tidak bisa merancang sesuatu hari ini dan berharap itu akan relevan untuk satu dekade mendatang.
Pertanyaannya: bagaimana kita membangun sistem yang mampu beradaptasi dan menang dalam perubahan konstan? Agilitas dan fleksibilitas bukan lagi sekadar nilai tambah, melainkan keterampilan bertahan dalam pasar masa depan.
📊 Data Korelatif Pendukung
✅ Yum! Brands memiliki lebih dari 58,000 restoran di 155+ negara (Yum! Q1 2025).
✅ Pasar F&B global diperkirakan mencapai USD 9,8 triliun pada 2028 (Statista 2025).
✅ Studi NielsenIQ (2025): Konsumen Gen Z dan Milenial mencari “kejutan dalam rasa aman” dalam F&B dengan 64% terbuka mencoba varian rasa baru bila tetap familiar.
✅ McKinsey (2025): Perusahaan dengan budaya inovasi adaptif 2,4x lebih mungkin bertahan dalam ketidakpastian pasar.
Wawancara Inovasi dengan Christophe Poirier, Chief New Concept Officer di Yum! Brands
Mark Onufer